Saturday, March 16, 2013

Kemampuan Menulis Banyak Peneliti Masih Lemah



Kemampuan menulis banyak peneliti masih lemah. Hal ini merupakan salah satu sebab kurangnya publikasi peneliti Indonesia di jurnal internasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menerbitkan Peraturan Kepala LIPI No 04/E/2012 tentang Pedoman Karya Tulis Ilmiah untuk mengatasi masalah tersebut.

"Kelemahannya selama ini adalah analisis atau pembahasannya kurang. Padahal penelitian menghasilkan banyak data Enny Sudarmonowati, Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Peneliti LIPI dalam Workshop "Increase Acceptance in Refereed International Scientific Journal

"Selain itu banyak peneliti juga lemah dalam menyimpulkan. Tidak disebutkan di tujuan dan rumusan permasalahan tetapi muncul pada bagian kesimpulan," tambah Enny yang menginisiasi komunitas lingkungan Jakarta Green Monster dan pakar dalam bidang transgenik tumbuhan.

Menurut Enny, banyak peneliti lemah dalam menulis karena belum terbiasa, kurang latihan dan seringkali merasa tidak berbakat menulis. Hal lain yang menjadi sebab kelemahan dalam analisis dan kesimpulan adalah kurangnya membaca sehingga kurang referensi.

"Referensi di jurnal internasional banyak sekali. Banyak referensi karena dibahas. Di Indonesia, ada paper yang hanya punya 2 hingga 4 daftar pustaka bisa terbit. Di sini, kualitas jurnal juga harus diperbaiki. Kalau karya tidak bagus, ya jangan diterima," papar Enny

Enny menuturkan, untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas publikasi ilmiah oleh peneliti Indonesia, kemampuan peneliti menulis juga harus ditingkatkan. Langkah ini telah diambil LIPI. Peneliti diminta mengikuti diklat 5 hari dan ditargetkan mampu menghasilkan satu karya tulis ilmiah.

Meski demikian, upaya peningkatan kualitas karya tulis juga perlu diimbangi dengan penambahan anggaran penelitian. Langkah lain bisa dilakukan dengan meng-upgrade jurnal nasional berpotensi menjadi jurnal internasional yang diterbitkan oleh Indonesia.

Sementara itu, Fred T Davis dari Texas A&M University yang menjadi pembicara dalam workshop hari ini mengatakan bahwa peneliti harus terbuka dengan kritik terhadap karya ilmiahnya. "Tidak semua ide kita miliki. Ide kita juga bukan berarti yang terbaik," katanya.

Ia juga mengatakan, untuk diterima di jurnal internasional, peneliti juga perlu memperhatikan judul karya tulis. Semakin menarik judul, semakin menarik minat para reviewer. "Sains tidak selalu harus menjadi membosankan tetapi bisa menjadi menarik," cetusnya. Baca selengkapnya »